Wednesday, 18 February 2009

Sebenarnya Kita Kaya; Sebuah Refleksi Maraknya Kontestan Pemilu 2009

Indonesia sedang mengalami krisis global. Negeri sudah tidak punya apa-apa lagi. Rakyat banyak yang menderita. Mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Harga sembako tidak terjangkau. Di sana-sini masih terdapat kelaparan dan busung lapar.
Tiap pemberitaaan baik media televisi, koran, radio, bahkan internet semuanya mendukung dan mengekspos situasi tersebut. Mereka ingin memanfaatkan moment tersebut sebagai bagian dari mendapatkan porsi di hati penikmatnya atau justru hanya untuk meningkatkan ratting sehingga menjadi pilihan utama pemasang iklan. Tapi, apakah memang betul demikian?

Kalau toh, kita mau jujur dan berpikir jernih lagi. Tidak selamanya yang ada di permukaan atau terjadi di negeri kita adalah benar. Kita tidak usah ikut pesimis atau menghakimi bahwa negeri kita sedang miskin. Justru kita harus tetap percaya bahwa orang-orang yang mendiami negeri ini adalah masih kaya.
Yang dikategorikan orang mampu (kaya) di negeri kita ini bukan lagi mereka yang betul-betul pengusaha (pengusaha yang sebenarnya). Kini telah lahir orang kaya-orang kaya baru.
Ya, orang kaya tipe ini telah lahir seiring dengan persiapan pesta demokrasi di negeri ini. Setiap orang negeri ini ingin menjadi wakil orang lain di kursi pemerintahan. Lihat saja, di perkotaan, pedesaan, pinggir hutan, pinggir laut, baik pohon maupun di tembok semua orang pamer dengan profil-profil mereka. Mereka dengan gagah berani tampil menjadi wakil orang lain. Mereka yakin bahwa mereka mampu mengubah dan mengayomi orang lain.
Lho, apa hubungannya dengan status kaya? Kalau kita mau menelisik. Berapakah rupiah yang dibutuhkan untuk mendapatkan nomor urut menjadi wakil kontenstan pemilu? Berapakah rupiahkah yang dibutuhkan untuk mempromosikan diri di pinggir-pinggir jalan? Dari mereka umumnya bukan orang perkotaan, yang katanya orang tempat berputarnya uang. Tetapi, mereka juga berasal dari pinggir-pinggir perkotaan bahkan pedesaan. Jadi, tidak mungkin orang miskin bisa ikut-ikutan berpromosi!! Mari berlomba jadi orang kaya baru (orang kaya sebenarnya ataukah orang kaya dadakan)

No comments: