Anda telah mengenal nama Anton Mulyono, Gorrys Keraf, Jus Badudu, dan sebagainya. Tapi, apakah Anda pernah tahu orang yang betul-betul gigih membela dan mempertahankan kebakuan bahasa Indonesia dalam pemakaiannya sebagai bahasa resmi? Mungkin, nama beliau tidak terdengar nyaring seperti nama-nama di atas karena belum semua orang paham dengan peran beliau.
Gatot Susilo Sumowijoyo, adalah sebuah nama yang mungkin asing bagi kalangan ahli-ahli bahasa Indonesia, bahkan siswa-siswa didik di seluruh Indonesia. Tapi, ada juga pakar bahasa yang telah memberikan apresiasi besar terhadap jasa beliau dalam perkembangan bahasa Indonesia. Apresiasi tersebut diwujudkan dalam permintaan beliau untuk tetap kritis terhadap penggunaan bahasa Indonesia.
Sepanjang pengetahuan saya, bahasa Indonesia baku adalah Bapak Gatot. Bapak Gatot adalah bahasa Indonesia baku. Kalau boleh saya katakan bahwa bahasa Indonesia baku telah "mewujud" dalam diri Bapak Gatot. Dalam suatu acara yang saya ikuti, saya menyaksikan betapa pilunya Bapak Gatot ketika menjumpai banyaknya ketidakbakuan yang terjadi di kalangan pemakai bahasa Indonesia. Air matanya menetes ketika berbicara tentang hal itu.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dalam setiap puisi dan cerpen-cerpen (kumpulan cerpen) beliau selalu kita jumpai bentuk-bentuk baku bahasa Indonesia. Beliau berkeyakinan bahwa mengapa kita tidak bisa "membentuk" bahasa puisi dengan bahasa-bahasa baku senyampang bahasa baku itu tidak akan mengurangi nilai estetika puisi atau karya sastra tersebut.
Jumat, 18 September 2009 sekitar pukul 15.30 telah sampai berita kepada saya bahwa telah meninggal dunia, guru, bapak, pakar bahasa kita, Gatot Susilo S., Marilah, di kesempatan yang membahagiakan ini kita iringi kepergian tokoh bahasa Indonesia baku kita, Bapak Gatot Susilo Sumowijoyo, dengan mengharap ridho Allah SWT semoga amal ibadah dan jasa keilmuwanan beliau diterima di sisiNya.
No comments:
Post a Comment