Itulah sebuah ungkapan yang kurang lebih bersifat netral. Ungkapan tersebut cocok diberikan saat kita diminta untuk menilai dan memberikan apresiasi terhadap orang lain. Ungkapan itu tertulis di kartu suara pemilu legislatif kemarin. Tidak ada contrengan, hanya ada "pesan sponsor" tersebut. Kalau kita mau jujur, ada beberapa sudut pandang yang bisa dipakai untuk mengetahui timbulnya ungkapan tersebut.
Pertama, penulis ungkapan tersebut memang betul-betul orang awam atau tidak mengenal dengan orang-orang yang terpampang di situ. Mengapa harus dipilih, sedangkan dia belum pernah bertemu, bercakap-cakap, bahkan berdiskusi dengannya.
Kedua, dia tahu sedikit tentang pribadi tersebut tetapi belum sepenuhnya percaya apakah memang dia "pantas" dititipi amanahnya. Dia khawatir jika suaranya diberikan kepadanya justru suatu saat yang diberi amanah tidak mampu bertindak sesuai nuraninya. Dia akan terus merasa bersalah apabila si pembawa amanah tersebut berperilaku kurang sesuai moral, etika, dan susila.
Ketiga, dia mampu menunjukkan setengah kearifan sebagai warga negara Indonesia. Dia pergi ke tempat pencontrengan (bukan untuk mencontreng, tetapi ikut berpartisipasi). Baginya tidak mencontreng juga merupakan pilihan. Jadi, memilih dan tidak memilih adalah sebuah pilihan.
1 comment:
woi keren blognya....lam kenal ya...please visit my blog...liat2 aja di blogku n beri comment yua,,,,
thanks
Post a Comment