Seluruh warga Indonesia hari ini dengan bangganya menghargai salah seorang pilar keluarga dan bangsa. Ya, makhluk yang memperoleh penghargaan tersebut adalah ibu. Mengapa harus ibu, bukan bapak?
Ini yang menjadi pokok pembahasan kita. Apakah peran ibu yang penting dalam pembentukan karakter anak saat usia dini? Padahal, bapak juga ikut berperan. Apakah ibu yang melahirkan anak, bukan bapak? Adakah kaitan antara bumi dan bumi? Ataukah, ada 'sebab musabab' yang mendasarinya. Mungkin, tidak ada salahnya Anda mencari di si Mbah Google atau wikidpedia
Tuesday, 22 December 2009
Hari Ibu, Hari Bapak, dan Hari Anak
Saturday, 19 September 2009
SELAMAT JALAN PAKAR KEBAKUAN BAHASA INDONESIA
Anda telah mengenal nama Anton Mulyono, Gorrys Keraf, Jus Badudu, dan sebagainya. Tapi, apakah Anda pernah tahu orang yang betul-betul gigih membela dan mempertahankan kebakuan bahasa Indonesia dalam pemakaiannya sebagai bahasa resmi? Mungkin, nama beliau tidak terdengar nyaring seperti nama-nama di atas karena belum semua orang paham dengan peran beliau.
Gatot Susilo Sumowijoyo, adalah sebuah nama yang mungkin asing bagi kalangan ahli-ahli bahasa Indonesia, bahkan siswa-siswa didik di seluruh Indonesia. Tapi, ada juga pakar bahasa yang telah memberikan apresiasi besar terhadap jasa beliau dalam perkembangan bahasa Indonesia. Apresiasi tersebut diwujudkan dalam permintaan beliau untuk tetap kritis terhadap penggunaan bahasa Indonesia.
Sepanjang pengetahuan saya, bahasa Indonesia baku adalah Bapak Gatot. Bapak Gatot adalah bahasa Indonesia baku. Kalau boleh saya katakan bahwa bahasa Indonesia baku telah "mewujud" dalam diri Bapak Gatot. Dalam suatu acara yang saya ikuti, saya menyaksikan betapa pilunya Bapak Gatot ketika menjumpai banyaknya ketidakbakuan yang terjadi di kalangan pemakai bahasa Indonesia. Air matanya menetes ketika berbicara tentang hal itu.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dalam setiap puisi dan cerpen-cerpen (kumpulan cerpen) beliau selalu kita jumpai bentuk-bentuk baku bahasa Indonesia. Beliau berkeyakinan bahwa mengapa kita tidak bisa "membentuk" bahasa puisi dengan bahasa-bahasa baku senyampang bahasa baku itu tidak akan mengurangi nilai estetika puisi atau karya sastra tersebut.
Jumat, 18 September 2009 sekitar pukul 15.30 telah sampai berita kepada saya bahwa telah meninggal dunia, guru, bapak, pakar bahasa kita, Gatot Susilo S., Marilah, di kesempatan yang membahagiakan ini kita iringi kepergian tokoh bahasa Indonesia baku kita, Bapak Gatot Susilo Sumowijoyo, dengan mengharap ridho Allah SWT semoga amal ibadah dan jasa keilmuwanan beliau diterima di sisiNya.
Gatot Susilo Sumowijoyo, adalah sebuah nama yang mungkin asing bagi kalangan ahli-ahli bahasa Indonesia, bahkan siswa-siswa didik di seluruh Indonesia. Tapi, ada juga pakar bahasa yang telah memberikan apresiasi besar terhadap jasa beliau dalam perkembangan bahasa Indonesia. Apresiasi tersebut diwujudkan dalam permintaan beliau untuk tetap kritis terhadap penggunaan bahasa Indonesia.
Sepanjang pengetahuan saya, bahasa Indonesia baku adalah Bapak Gatot. Bapak Gatot adalah bahasa Indonesia baku. Kalau boleh saya katakan bahwa bahasa Indonesia baku telah "mewujud" dalam diri Bapak Gatot. Dalam suatu acara yang saya ikuti, saya menyaksikan betapa pilunya Bapak Gatot ketika menjumpai banyaknya ketidakbakuan yang terjadi di kalangan pemakai bahasa Indonesia. Air matanya menetes ketika berbicara tentang hal itu.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dalam setiap puisi dan cerpen-cerpen (kumpulan cerpen) beliau selalu kita jumpai bentuk-bentuk baku bahasa Indonesia. Beliau berkeyakinan bahwa mengapa kita tidak bisa "membentuk" bahasa puisi dengan bahasa-bahasa baku senyampang bahasa baku itu tidak akan mengurangi nilai estetika puisi atau karya sastra tersebut.
Jumat, 18 September 2009 sekitar pukul 15.30 telah sampai berita kepada saya bahwa telah meninggal dunia, guru, bapak, pakar bahasa kita, Gatot Susilo S., Marilah, di kesempatan yang membahagiakan ini kita iringi kepergian tokoh bahasa Indonesia baku kita, Bapak Gatot Susilo Sumowijoyo, dengan mengharap ridho Allah SWT semoga amal ibadah dan jasa keilmuwanan beliau diterima di sisiNya.
Monday, 17 August 2009
BLINGSATAN DI SMKN 6 SURABAYA
Osis SMK Negeri 6 Surabaya untuk kesekian kalinya menghadirkan Pensi (Pentas Seni). Tahun ini bersamaan dengan event peringatan HUT ke-64 RI, OSIS SMK Negeri 6 Surabaya menghadirkan banyak grup band. Dalam acara dengan titel "SMAKSIX Nice Performance" grup-grup yang turut berpartisipasi di antaranya BLINGSATAN, HEAVY MONSTER, MAHAGHITA, AUFKLA, NINGRAT, ALSO PERFORM, ESSA, CAMPCITY AFTERNIGHT, THE POLKADOT, GOOD LUCK, YNH, ROLLBAR, BIE N BYE, NEW PORTH 95, DAN 6 BAND AUDISI.
Selain tampilan beberapa band tersebut, acara yang diselenggarakan tgl. 18 Agustus 2009 di Lapangan SMK Negeri 6 Surabaya pukul 09.00 selesai tersebut juga akan diramaikan oleh Dancers dan Bazaar. Acara ini didukung oleh EBS 105,9FM, Coca Cola, La Tulipe, Honda, Gudang Event, dan PK Management. Ticket Box bisa menghubungi OSIS SMKN 6 Surabaya atau contact person: Fachry 085730441013, Arin 085755597422, Lina 085733050085.
Selain tampilan beberapa band tersebut, acara yang diselenggarakan tgl. 18 Agustus 2009 di Lapangan SMK Negeri 6 Surabaya pukul 09.00 selesai tersebut juga akan diramaikan oleh Dancers dan Bazaar. Acara ini didukung oleh EBS 105,9FM, Coca Cola, La Tulipe, Honda, Gudang Event, dan PK Management. Ticket Box bisa menghubungi OSIS SMKN 6 Surabaya atau contact person: Fachry 085730441013, Arin 085755597422, Lina 085733050085.
Saturday, 13 June 2009
SOAL UAS KKPI KELAS XI
Bagi siswa kelas XI, soal UAS semester genap bisa Anda pelajari di sini. Sebagai catatan, persyaratan untuk mendapatkan nilai KKPI yaitu siswa harus mempunyai blog sendiri-sendiri. Selain itu, blog tersebut harus terupdate sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Untuk tugas-tugas yang perlu dimasukkan di blognya masing-masing klik di sini.Sedangkan soal-soal UAS KKPI kelas XI dapat Anda klik sini
Soal-soal tersebut harus didownload terlebih dahulu, lalu kerjakan sesuai dengan perintah. Selamat mengerjakan, semoga sukses.
Soal-soal tersebut harus didownload terlebih dahulu, lalu kerjakan sesuai dengan perintah. Selamat mengerjakan, semoga sukses.
Tuesday, 2 June 2009
100% Siswa 19 Sekolah Tidak Lulus?
Kabar mengejutkan kembali datang dari dunia pendidikan kita. Sebanyak 19 sekolah di negeri tercinta ini menghebohkan dengan angka ketidaklulusan sebesar 100%. Yang lebih parah lagi, di antara sekolah-sekolah tersebut terdapat beberapa sekolah yang sudah berstatus RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Ironis khan?
Kita tidak usah terburu-buru menghakimi siswa kalau toh benar mereka mencontoh kunci jawaban palsu yang beredar saat itu (ini khan belum terbukti secara hukum alias hanya praduga). Beberapa kemungkinan bisa muncul dari permasalahan tersebut. Kemungkinan-kemungkinan ini bisa mengindikasikan terdapatnya beberapa kejanggalan.
Pertama, siswa yang mengikuti UAN saat itu ternyata kini justru sudah diterima di berbagai PTN. Apakah mungkin, siswa yang jelas-jelas sudah diterima tersebut, baik melalui PMDK atau jalur khusus lainnya, masih mempunyai sikap percaya pada hal lain di luar kemampuannya. Siswa yang pandai, tentu akan percaya pada diri sendiri (buktinya bukan hanya satu atau dua orang saja). Kalau saat UAN dia diberi kunci jawaban pun, pasti dia merasa tidak tertarik. Karena dari awalnya dia sudah pandai.
Kedua, secara kelembagaan setiap sekolah (terlebih RSBI) tentu akan terpacu untuk menunjukkan jati dirinya sebagai sekolah yang pantas mendapat penghargaan sematan nama tersebut. Dan, bagi sekolah RSBI tentu mempunyai visi yang jelas tentang pendidikan yang dijalankan di lembaga tersebut. Tentunya, sekolah tersebut merasa risih apabila menggunakan langkah penyebarluasan jawaban UAN kepada siswanya terlebih dengan tujuan untuk meningkatkan image sekolah.
Ketiga, tidak adanya bantahan sama sekali dari pihak sekolah ataupun siswa-siswa sekolah bersangkutan. Tidak ada siswa yang membantah jika mereka merasa memang tidak melakukan hal tersebut. Secara kelembagaan, sekolah justru harus memberikan klarifikasi bahwa hal tersebut (penyebarluasan jawaban UAN palsu) tidak pernah dilakukan. Pihak sekolah tidak pernah melakukan hal tersebut, justru mengamini jika siswa-siswa melakukan praktek tersebut (tetapi belum pernah dilakukan interogasi kepada para siswa khan??) Langkah yang perlu dilakukan sekolah adalah melakukan cross check kepada siswa-siswanya terlebih dahulu, jangan menghakimi siswa (atau mencari kambing hitam atas 'pesanan'??)
Keempat, mengapa kejadian tersebut sampai terjadi pada daerah-daerah berbeda, bukan satu daerah saja. Kalau kemungkinan terjadi pemberian kunci jawaban palsu, daerah kasusnya hanya dalam batas wilayah kecil bukan skala nasional.
Kelima, perguruan tinggi negeri yang diberi tugas mengawal pelaksanaan UAN tempo hari belum (tidak pernah) mengklarifikasi tentang kasus tersebut. Yang terjadi sumber berita berpusat pada beberapa pihak saja. Seharusnya, harus ada perimbangan berita dari sumber penilai atau pendamping kegiatan UAN tersebut.
Alasan-alasan tersebut menarik untuk diperdebatkan. Apakah benar-benar siswa telah melakukan kegiatan tersebut? Mengapa sekolah mengamini (ikut menghakimi) siswa yang belum tentu bersalah? Begitu mudahnya vonis bahwa yang bersalah dalam kasus tersebut adalah siswa? Begitu mudahnya diadakan ujian ulang terhadap kasus tersebut.
Kalau toh boleh saya memberikan pertimbangan, mengapa siswa hamil (melahirkan?) saat UNAS dilarang mengikuti ujian? Padahal, belum tentu dia lulus ataukah tidak? Mengapa siswa-siswa yang bersalah (seperti "dirumahkan" di kantor polisi) masih mempunyai hak untuk ikut UNAS sementara siswa hamil/melahirkan tidak mempunyai hak? Marilah kita meluruskan dan menata sistem pendidikan kita bukan berdasarkan tawar menawar.
Kita tidak usah terburu-buru menghakimi siswa kalau toh benar mereka mencontoh kunci jawaban palsu yang beredar saat itu (ini khan belum terbukti secara hukum alias hanya praduga). Beberapa kemungkinan bisa muncul dari permasalahan tersebut. Kemungkinan-kemungkinan ini bisa mengindikasikan terdapatnya beberapa kejanggalan.
Pertama, siswa yang mengikuti UAN saat itu ternyata kini justru sudah diterima di berbagai PTN. Apakah mungkin, siswa yang jelas-jelas sudah diterima tersebut, baik melalui PMDK atau jalur khusus lainnya, masih mempunyai sikap percaya pada hal lain di luar kemampuannya. Siswa yang pandai, tentu akan percaya pada diri sendiri (buktinya bukan hanya satu atau dua orang saja). Kalau saat UAN dia diberi kunci jawaban pun, pasti dia merasa tidak tertarik. Karena dari awalnya dia sudah pandai.
Kedua, secara kelembagaan setiap sekolah (terlebih RSBI) tentu akan terpacu untuk menunjukkan jati dirinya sebagai sekolah yang pantas mendapat penghargaan sematan nama tersebut. Dan, bagi sekolah RSBI tentu mempunyai visi yang jelas tentang pendidikan yang dijalankan di lembaga tersebut. Tentunya, sekolah tersebut merasa risih apabila menggunakan langkah penyebarluasan jawaban UAN kepada siswanya terlebih dengan tujuan untuk meningkatkan image sekolah.
Ketiga, tidak adanya bantahan sama sekali dari pihak sekolah ataupun siswa-siswa sekolah bersangkutan. Tidak ada siswa yang membantah jika mereka merasa memang tidak melakukan hal tersebut. Secara kelembagaan, sekolah justru harus memberikan klarifikasi bahwa hal tersebut (penyebarluasan jawaban UAN palsu) tidak pernah dilakukan. Pihak sekolah tidak pernah melakukan hal tersebut, justru mengamini jika siswa-siswa melakukan praktek tersebut (tetapi belum pernah dilakukan interogasi kepada para siswa khan??) Langkah yang perlu dilakukan sekolah adalah melakukan cross check kepada siswa-siswanya terlebih dahulu, jangan menghakimi siswa (atau mencari kambing hitam atas 'pesanan'??)
Keempat, mengapa kejadian tersebut sampai terjadi pada daerah-daerah berbeda, bukan satu daerah saja. Kalau kemungkinan terjadi pemberian kunci jawaban palsu, daerah kasusnya hanya dalam batas wilayah kecil bukan skala nasional.
Kelima, perguruan tinggi negeri yang diberi tugas mengawal pelaksanaan UAN tempo hari belum (tidak pernah) mengklarifikasi tentang kasus tersebut. Yang terjadi sumber berita berpusat pada beberapa pihak saja. Seharusnya, harus ada perimbangan berita dari sumber penilai atau pendamping kegiatan UAN tersebut.
Alasan-alasan tersebut menarik untuk diperdebatkan. Apakah benar-benar siswa telah melakukan kegiatan tersebut? Mengapa sekolah mengamini (ikut menghakimi) siswa yang belum tentu bersalah? Begitu mudahnya vonis bahwa yang bersalah dalam kasus tersebut adalah siswa? Begitu mudahnya diadakan ujian ulang terhadap kasus tersebut.
Kalau toh boleh saya memberikan pertimbangan, mengapa siswa hamil (melahirkan?) saat UNAS dilarang mengikuti ujian? Padahal, belum tentu dia lulus ataukah tidak? Mengapa siswa-siswa yang bersalah (seperti "dirumahkan" di kantor polisi) masih mempunyai hak untuk ikut UNAS sementara siswa hamil/melahirkan tidak mempunyai hak? Marilah kita meluruskan dan menata sistem pendidikan kita bukan berdasarkan tawar menawar.
Tuesday, 19 May 2009
TUGAS-TUGAS KKPI
Siswa-siswa yang mengikuti Prakerin, bisa melihat tugas-tugasnya setelah mengikuti group saya baik di Yahoo maupun Google. Atau, bisa dilihat di alamat berikut.
Group Yahoo Klik di sini
Group Google Klik di sini
Group Yahoo Klik di sini
Group Google Klik di sini
Thursday, 23 April 2009
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Berbicara tentang pembelajaran kooperatif, kita masih bergantung pada orang Barat yaitu John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey, seharusnya kelas merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Oleh Thelan, dikembangkanlah prosedur guna membantu siswa bekerja dalam kelompok.
Tiga kondisi dalam pembelajaran kooperatif menurut Shlomo Sharan yaitu (1) adanya kontak langsung (2) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok, dan (3) adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Yang terpenting dalam model ini adalah bahwa siswa dapat belajar melalui kerjasama Yang mampu harus menolong yang tidak mampu. Setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Setiap siswa mendapat kesempatan yang sama dalam bersosialisasi. Bagian dari model pembelajaran ini adalah STAD, Jigsaw, investigasi kelompok, dan pendekatan struktural.
Tiga kondisi dalam pembelajaran kooperatif menurut Shlomo Sharan yaitu (1) adanya kontak langsung (2) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok, dan (3) adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Yang terpenting dalam model ini adalah bahwa siswa dapat belajar melalui kerjasama Yang mampu harus menolong yang tidak mampu. Setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Setiap siswa mendapat kesempatan yang sama dalam bersosialisasi. Bagian dari model pembelajaran ini adalah STAD, Jigsaw, investigasi kelompok, dan pendekatan struktural.
Saturday, 11 April 2009
Maaf, Saya Tidak Mengenal Anda
Itulah sebuah ungkapan yang kurang lebih bersifat netral. Ungkapan tersebut cocok diberikan saat kita diminta untuk menilai dan memberikan apresiasi terhadap orang lain. Ungkapan itu tertulis di kartu suara pemilu legislatif kemarin. Tidak ada contrengan, hanya ada "pesan sponsor" tersebut. Kalau kita mau jujur, ada beberapa sudut pandang yang bisa dipakai untuk mengetahui timbulnya ungkapan tersebut.
Pertama, penulis ungkapan tersebut memang betul-betul orang awam atau tidak mengenal dengan orang-orang yang terpampang di situ. Mengapa harus dipilih, sedangkan dia belum pernah bertemu, bercakap-cakap, bahkan berdiskusi dengannya.
Kedua, dia tahu sedikit tentang pribadi tersebut tetapi belum sepenuhnya percaya apakah memang dia "pantas" dititipi amanahnya. Dia khawatir jika suaranya diberikan kepadanya justru suatu saat yang diberi amanah tidak mampu bertindak sesuai nuraninya. Dia akan terus merasa bersalah apabila si pembawa amanah tersebut berperilaku kurang sesuai moral, etika, dan susila.
Ketiga, dia mampu menunjukkan setengah kearifan sebagai warga negara Indonesia. Dia pergi ke tempat pencontrengan (bukan untuk mencontreng, tetapi ikut berpartisipasi). Baginya tidak mencontreng juga merupakan pilihan. Jadi, memilih dan tidak memilih adalah sebuah pilihan.
Pertama, penulis ungkapan tersebut memang betul-betul orang awam atau tidak mengenal dengan orang-orang yang terpampang di situ. Mengapa harus dipilih, sedangkan dia belum pernah bertemu, bercakap-cakap, bahkan berdiskusi dengannya.
Kedua, dia tahu sedikit tentang pribadi tersebut tetapi belum sepenuhnya percaya apakah memang dia "pantas" dititipi amanahnya. Dia khawatir jika suaranya diberikan kepadanya justru suatu saat yang diberi amanah tidak mampu bertindak sesuai nuraninya. Dia akan terus merasa bersalah apabila si pembawa amanah tersebut berperilaku kurang sesuai moral, etika, dan susila.
Ketiga, dia mampu menunjukkan setengah kearifan sebagai warga negara Indonesia. Dia pergi ke tempat pencontrengan (bukan untuk mencontreng, tetapi ikut berpartisipasi). Baginya tidak mencontreng juga merupakan pilihan. Jadi, memilih dan tidak memilih adalah sebuah pilihan.
Tuesday, 7 April 2009
TIDAK PULANG KANGEN, MAU PULANG MALU
Pak Umar Bakri adalah buruh spidol. Tapi, awalnya dia merupakan buruh kapur tulis. Semenjak papan tulis berubah menjadi whiteboard, kapur tulis digantikan dengan spidol. Tidak mengherankan apabila spidol telah menjadi sahabat setianya.
Setiap hari Pak Umar Bakri selalu menyihir anak didiknya dengan kelincahan spidolnya di atas whiteboard. Kadangkala, Pak Umar Bakri mendapatkan keceriahan, tapi juga mendapatkan kejengkelan dari perilaku anak didiknya. Baginya, semua perilaku anak didiknya merupakan seni hiburan bagi kehidupannya.
KANGEN PAK UMAR BAKRI
Inilah yang membuat KANGEN Pak Umar Bakri ketika dia telah memutuskan diri untuk beralih profesi menjadi wiraswasta. Sebagai wiraswasta Pak Umar Bakri merasa kecukupan dari segi materi. Tetapi, dari kepuasan batin Pak Umar Bakri merasa asing dengan dunianya. Dia merindukan keceriaan, keluguan, dan kebandelan anak didiknya. Mungkin dia harus terlahir untuk menjadi pendidik bukan wiraswasta. Yang dihadapi kini hanyalah benda mati, yang tidak bisa diajak untuk berbagi keceriaan.
Lain halnya ketika dia berada di sekolah. Dia selalu ceria. Segi batinnya merasa terisi dan terpuaskan walaupun dari segi materi tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.
Pak Umar Bakri sadar betul bahwa yang dibutuhkan oleh anak didiknya adalah pendidikan bukan pengajaran. Oleh karena itu, Pak Umar Bakri tidak pernah memarahi ataupun bahkan memukulnya jika ada anak didiknya berperilaku di luar kewajaran. Dengan sabar Pak Umar Bakri selalu menuntun dan mengarahkan siswanya apabila ada yang bertindak ‘nyeleneh’.
Prinsip yang selalu dipegang oleh Pak Umar Bakri hingga kini bahwa tugas guru adalah mendidik bukan mengajar. Mengajar adalah mudah, tapi mendidik lumayan susah. Kalau hanya sekadar ‘mengajar’, setiap orang (tidak punya profesi pendidik) tentu mampu. Mengajar cenderung bersifat transformasi ilmu pengetahuan. Lain halnya dengan ‘mendidik’. Mendidik merupakan proses pembentukan nilai-nilai norma, sopan-santun, perilaku, dan kematangan berfikir. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat (sepakat?) memakai istilah ‘peserta didik, anak didik, pendidikan dasar, dinas pendidikan’, dan sebagainya bukan dengan sebutan ‘peserta ajar’, ‘anak ajar’, ‘pengajaran dasar’, dan ‘dinas pengajaran’.
Tidak mengherankan, kadang-kadang Pak Umar Bakri merenung dan berfikir keras apabila menjumpai teman kerjanya yang hanya sekadar datang, memberikan materi, dan pulang. Menurutnya, tidak perlu sekolah lagi apabila prosesnya demikian. Siswa cukup di’privat’kan; habis perkara.
Lebih memprihatinkan lagi, jika ada anak didik bermasalah, pihak pertama yang dipersalahkan adalah siswa bersangkutan. Janganlah anak yang sudah bersalah, justru dipersalahkan lagi. Alangkah arifnya jika kita peduli terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh anak didik. Kita tidak perlu menunggu timbulnya perilaku menyimpang anak, tetapi seharusnya mampu mendeteksi dan mencegah timbulnya masalah pada anak didik kita.
Yang sangat menyedihkan adalah tuntutan kesejahteraan yang ditujukan kepada pemerintah. Abdi masyarakat yang sudah sejahtera dan menjadi pegawai pemerintah ini mengharapkan lebih sejahtera lagi. Wajar jika pemerintah mengamini permintaan tersebut sebab pemerintah juga membutuhkan dukungan dari elemen pendidikan ini. Tapi, kita juga perlu berkaca bahwa apakah yang sudah kita berikan untuk anak didik (sekolah) sudah layak dihargai sedemikian besar? Padahal, kalau kita mau berbagi nasib; masih ada salah satu elemen dari pendidikan (sekolah) kita yang juga butuh perhatian, yaitu Guru Tidak Tetap dan Pegawai Tidak Tetap. Kita telah tahu loyalitas dan pengabdian mereka dalam pendidikan kita. Tidak hanya setahun dua tahun tetapi sudah puluhan tahun mereka mengabdikan diri di sekolah. Pernahkah kita peduli terhadap kehidupan keluarganya? Padahal, mereka juga merupakan salah satu bagian dalam rangka melaksanakan dan meningkatkan citra pendidikan kita. Mereka datang sebelum siswa datang, mereka pulang setelah siswa pulang. Mereka juga mempunyai prestasi. Tetapi, penghargaan apakah yang telah mereka dapatkan? Seharusnya kita merasa malu terhadap kenyataan ini.
KENYATAAN INI MEMBUAT MALU BAGI PAK UMAR BAKRI.
Setiap hari Pak Umar Bakri selalu menyihir anak didiknya dengan kelincahan spidolnya di atas whiteboard. Kadangkala, Pak Umar Bakri mendapatkan keceriahan, tapi juga mendapatkan kejengkelan dari perilaku anak didiknya. Baginya, semua perilaku anak didiknya merupakan seni hiburan bagi kehidupannya.
KANGEN PAK UMAR BAKRI
Inilah yang membuat KANGEN Pak Umar Bakri ketika dia telah memutuskan diri untuk beralih profesi menjadi wiraswasta. Sebagai wiraswasta Pak Umar Bakri merasa kecukupan dari segi materi. Tetapi, dari kepuasan batin Pak Umar Bakri merasa asing dengan dunianya. Dia merindukan keceriaan, keluguan, dan kebandelan anak didiknya. Mungkin dia harus terlahir untuk menjadi pendidik bukan wiraswasta. Yang dihadapi kini hanyalah benda mati, yang tidak bisa diajak untuk berbagi keceriaan.
Lain halnya ketika dia berada di sekolah. Dia selalu ceria. Segi batinnya merasa terisi dan terpuaskan walaupun dari segi materi tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.
Pak Umar Bakri sadar betul bahwa yang dibutuhkan oleh anak didiknya adalah pendidikan bukan pengajaran. Oleh karena itu, Pak Umar Bakri tidak pernah memarahi ataupun bahkan memukulnya jika ada anak didiknya berperilaku di luar kewajaran. Dengan sabar Pak Umar Bakri selalu menuntun dan mengarahkan siswanya apabila ada yang bertindak ‘nyeleneh’.
Prinsip yang selalu dipegang oleh Pak Umar Bakri hingga kini bahwa tugas guru adalah mendidik bukan mengajar. Mengajar adalah mudah, tapi mendidik lumayan susah. Kalau hanya sekadar ‘mengajar’, setiap orang (tidak punya profesi pendidik) tentu mampu. Mengajar cenderung bersifat transformasi ilmu pengetahuan. Lain halnya dengan ‘mendidik’. Mendidik merupakan proses pembentukan nilai-nilai norma, sopan-santun, perilaku, dan kematangan berfikir. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat (sepakat?) memakai istilah ‘peserta didik, anak didik, pendidikan dasar, dinas pendidikan’, dan sebagainya bukan dengan sebutan ‘peserta ajar’, ‘anak ajar’, ‘pengajaran dasar’, dan ‘dinas pengajaran’.
Tidak mengherankan, kadang-kadang Pak Umar Bakri merenung dan berfikir keras apabila menjumpai teman kerjanya yang hanya sekadar datang, memberikan materi, dan pulang. Menurutnya, tidak perlu sekolah lagi apabila prosesnya demikian. Siswa cukup di’privat’kan; habis perkara.
Lebih memprihatinkan lagi, jika ada anak didik bermasalah, pihak pertama yang dipersalahkan adalah siswa bersangkutan. Janganlah anak yang sudah bersalah, justru dipersalahkan lagi. Alangkah arifnya jika kita peduli terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh anak didik. Kita tidak perlu menunggu timbulnya perilaku menyimpang anak, tetapi seharusnya mampu mendeteksi dan mencegah timbulnya masalah pada anak didik kita.
Yang sangat menyedihkan adalah tuntutan kesejahteraan yang ditujukan kepada pemerintah. Abdi masyarakat yang sudah sejahtera dan menjadi pegawai pemerintah ini mengharapkan lebih sejahtera lagi. Wajar jika pemerintah mengamini permintaan tersebut sebab pemerintah juga membutuhkan dukungan dari elemen pendidikan ini. Tapi, kita juga perlu berkaca bahwa apakah yang sudah kita berikan untuk anak didik (sekolah) sudah layak dihargai sedemikian besar? Padahal, kalau kita mau berbagi nasib; masih ada salah satu elemen dari pendidikan (sekolah) kita yang juga butuh perhatian, yaitu Guru Tidak Tetap dan Pegawai Tidak Tetap. Kita telah tahu loyalitas dan pengabdian mereka dalam pendidikan kita. Tidak hanya setahun dua tahun tetapi sudah puluhan tahun mereka mengabdikan diri di sekolah. Pernahkah kita peduli terhadap kehidupan keluarganya? Padahal, mereka juga merupakan salah satu bagian dalam rangka melaksanakan dan meningkatkan citra pendidikan kita. Mereka datang sebelum siswa datang, mereka pulang setelah siswa pulang. Mereka juga mempunyai prestasi. Tetapi, penghargaan apakah yang telah mereka dapatkan? Seharusnya kita merasa malu terhadap kenyataan ini.
KENYATAAN INI MEMBUAT MALU BAGI PAK UMAR BAKRI.
Kumpulan Ebook untuk Umum
Berikut ini kumpulan buku yang sudah berbentuk ebook, yang dapat dibaca secara langsung di komputer setelah didownload. Ebook-ebook tersebut diberikan dengan tujuan bisa dibaca dan digunakan untuk kepentingan pendidikan, BUKAN UNTUK SARANA BISNIS. Oleh karena itu, apabila ada yang kurang berkenan silahkan kirim komentar, lalu saya hapus link tersebut. Terima kasih.
Sebagai awal rintisan, saya berikan ebook berikut ini.
>> 100 Pesan Nabi untuk Wanita Salihah klik di sini
>> Ayat-ayat Cinta Klik di sini
Sebagai awal rintisan, saya berikan ebook berikut ini.
>> 100 Pesan Nabi untuk Wanita Salihah klik di sini
>> Ayat-ayat Cinta Klik di sini
Friday, 27 March 2009
ORANG STRESS BARU
Ada apa dengan judul di atas? Tidak ada yang istimewa, tapi tentunya sangat menggelitik. Artikel ini ditulis karena masih ada kaitannya dengan artikel sebelumnya yaitu "Sebenarnya Kita Kaya; Sebuah Refleksi Maraknya Kontestan Pemilu 2009" Ternyata, kalau kita mau menelusuri lebih jauh tentang pemilu 2009, kita tentu akan mendapatkan persoalan-persoalan baru sebagai imbas dari pemilu 2009 ini. Artikel kali ini berbicara tentang stres yang mungkin terjadi pada caleg Pemilu 2009, baik caleg (calon legislatif) yang sudah jadi ataupun caleg yang tidak jadi terpilih.
Ini adalah sebetulnya bukan kabar terbaru lagi. Rumah sakit di Bogor telah menyiapkan beberapa kamar VIP untuk calon legislatif yang gagal mendapatkan kursi legislatif. Kamar-kamar tersebut sudah disesuaikan dengan fasilitas-fasilitas yang memuaskan. Sebuah antisipasi dan analisis pangsa pasar yang baik. Mungkin, langkah salah satu rumah sakit di Bogor tersebut perlu diikuti oleh rumah sakit-rumah sakit seluruh Indonesia.
Mengapa harus demikian? Mari kita mengingat kembali peristiwa yang kurang mendidik. Setelah dinyatakan kalah dalam pemilihan bupati Ponorogo, salah seorang calon bupati mengalami goncangan jiwa (karena hutang yang belum terlunasi) alias stress. Gangguan kejiwaannya sudah melampaui batas normal, bisa dikatakan hampir gila. Mungkin, kita tidak akan mendapatkan berita-berita tersebut andaikata kita mampu menyikapi segala kegagalan dengan batas kewajaran. Selain itu, kita sudah harus siap untuk mendapatkan kegagalan.
Nah, gejala stess di masyarakat mungkin akan menjadi berita heboh untuk beberapa hari ke depan. Seperti diketahui, 9 April kita akan melangsungkan pemilihan caleg baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. Banyak nama yang terpampang dan berpromosi diri. Tapi, pernahkah terpikirkan oleh kita; berita apakah yang akan terjadi setelah itu? Ya, kemungkinan-kemungkinan akan banyak terjadi. Mulai dari timbulnya para demokrat baru, orang kaya baru, orang dermawan baru, hingga orang-orang stress baru.
Gejala stress bukan hanya dialami oleh caleg yang gagal tapi mungkin juga bisa terjadi pada orang yang sudah duduk di kursi parlemen. Kenapa bisa demikian?
Caleg jadi dan sudah duduk di kursi parlemen tetapi belum siap untuk melaksanakan tugas-tugas yang dirasakan baru/asing bagi dia justru akan menjadikan beban bagi dia. Orang-orang parlemen dadakan model demikian akan sulit melangkah, dan akan merasa asing dalam lingkungannya, yang pada akhirnya membuat dia stress.
Nah, sekarang bagi caleg yang gagal. Setelah dinyatakan gagal bersaing, caleg tersebut akan kembali ke habitatnya semula. Yang biasa berjualan di pasar, dia akan kembali ke pasar. Yang biasa bertani, dia akan kembali ke sawah; dan sebagainya. Tidak akan menjadi sebuah persoalan apabila dia awalnya maju mencalonkan diri dengan bekal yang memang dimilikinya. Tetapi, menjadi masalah apabila modal yang digunakan tersebut berasal dari hutang sana-sini. Repot khan?? Tiap hari ditagih orang dari mana saja. Tidur tidak nyenyak, makan tidak enak.
Tentu kita tidak mau apabila mendapati hal demikian. Yang perlu direnungkan kembali adalah seberapa pantaskah kita menasbihkan diri untuk menjadi wakil dari lingkungan kita sendiri? Seberapa siapkah kita untuk menghadapi pekerjaan-pekerjaan baru di parlemen? Sudah cukupkah penghasilan kita untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga kita maju untuk mencukupi kebutuhan orang-orang lain? Karena, sebagai wakil legislatif tujuan yang pasti adalah mewakili aspirasi orang lain BUKAN mencari penghasilan lain dari orang lain. Mari kita menjadi saksi bersejarah, apakah hal demikian akan terjadi? BUKA MATA BUKA TELINGA, INI HANYA TERJADI DI INDONESIA.
Ini adalah sebetulnya bukan kabar terbaru lagi. Rumah sakit di Bogor telah menyiapkan beberapa kamar VIP untuk calon legislatif yang gagal mendapatkan kursi legislatif. Kamar-kamar tersebut sudah disesuaikan dengan fasilitas-fasilitas yang memuaskan. Sebuah antisipasi dan analisis pangsa pasar yang baik. Mungkin, langkah salah satu rumah sakit di Bogor tersebut perlu diikuti oleh rumah sakit-rumah sakit seluruh Indonesia.
Mengapa harus demikian? Mari kita mengingat kembali peristiwa yang kurang mendidik. Setelah dinyatakan kalah dalam pemilihan bupati Ponorogo, salah seorang calon bupati mengalami goncangan jiwa (karena hutang yang belum terlunasi) alias stress. Gangguan kejiwaannya sudah melampaui batas normal, bisa dikatakan hampir gila. Mungkin, kita tidak akan mendapatkan berita-berita tersebut andaikata kita mampu menyikapi segala kegagalan dengan batas kewajaran. Selain itu, kita sudah harus siap untuk mendapatkan kegagalan.
Nah, gejala stess di masyarakat mungkin akan menjadi berita heboh untuk beberapa hari ke depan. Seperti diketahui, 9 April kita akan melangsungkan pemilihan caleg baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. Banyak nama yang terpampang dan berpromosi diri. Tapi, pernahkah terpikirkan oleh kita; berita apakah yang akan terjadi setelah itu? Ya, kemungkinan-kemungkinan akan banyak terjadi. Mulai dari timbulnya para demokrat baru, orang kaya baru, orang dermawan baru, hingga orang-orang stress baru.
Gejala stress bukan hanya dialami oleh caleg yang gagal tapi mungkin juga bisa terjadi pada orang yang sudah duduk di kursi parlemen. Kenapa bisa demikian?
Caleg jadi dan sudah duduk di kursi parlemen tetapi belum siap untuk melaksanakan tugas-tugas yang dirasakan baru/asing bagi dia justru akan menjadikan beban bagi dia. Orang-orang parlemen dadakan model demikian akan sulit melangkah, dan akan merasa asing dalam lingkungannya, yang pada akhirnya membuat dia stress.
Nah, sekarang bagi caleg yang gagal. Setelah dinyatakan gagal bersaing, caleg tersebut akan kembali ke habitatnya semula. Yang biasa berjualan di pasar, dia akan kembali ke pasar. Yang biasa bertani, dia akan kembali ke sawah; dan sebagainya. Tidak akan menjadi sebuah persoalan apabila dia awalnya maju mencalonkan diri dengan bekal yang memang dimilikinya. Tetapi, menjadi masalah apabila modal yang digunakan tersebut berasal dari hutang sana-sini. Repot khan?? Tiap hari ditagih orang dari mana saja. Tidur tidak nyenyak, makan tidak enak.
Tentu kita tidak mau apabila mendapati hal demikian. Yang perlu direnungkan kembali adalah seberapa pantaskah kita menasbihkan diri untuk menjadi wakil dari lingkungan kita sendiri? Seberapa siapkah kita untuk menghadapi pekerjaan-pekerjaan baru di parlemen? Sudah cukupkah penghasilan kita untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga kita maju untuk mencukupi kebutuhan orang-orang lain? Karena, sebagai wakil legislatif tujuan yang pasti adalah mewakili aspirasi orang lain BUKAN mencari penghasilan lain dari orang lain. Mari kita menjadi saksi bersejarah, apakah hal demikian akan terjadi? BUKA MATA BUKA TELINGA, INI HANYA TERJADI DI INDONESIA.
Saturday, 21 March 2009
CATATAN PEMILU DARI TAUFIK ISMAIL
Hanya dalam hitungan hari, kita akan melangsungkan pesta demokrasi di Indonesia tercinta. Ada baiknya kita renungkan kembali harapan Taufik Ismail untuk berproses kembali menjadi bangsa yang dihormati di dunia, seperti yang pernah kita alami setengah abad lebih yang silam. Kenangan dan harapan Taufik Ismail tersebut diwujudkan dalam bentuk bentuk puisi "Ketika Indonesia Dihormati Dunia" yang diterbitkan oleh Horison, Edisi XII, 2008.
Dengan rasa rindu kukenang pemilihan umum setengah abad yang lewat
Dengan rasa kangen pemilihan umum pertama itu kucatat
Peristiwa itu berlangsung tepatnya di tahun lima puluh lima
Ketika itu sebagai bangsa kita baru sepuluh tahun merdeka
Itulah pemilihan umum yang paling indah dalam sejarah bangsa
Pemilihan Umum pertama, yang sangat bersih dalam sejarah kita
Waktu itu tak dikenal singkatan jurdil, istilah jujur dan adil
Jujur dan adil tak diucapkan, jujur dan adil cuma dilaksanakan
Waktu itu tak dikenal istilah pesta demokrasi
Pesta demokrasi tak dilisankan, pesta demokrasi cuma dilangsungkan
Pesta yang bermakna kegembiraan bersama
Demokrasi yang berarti menghargai pendapat berbeda
Pada waktu itu tak ada huru-hara yang menegangkan
Pada waktu itu tidak ada setetes pun darah ditumpahkan
Pada waktu itu tidak ada satu nyawa melayang
Pada waktu itu tidak sebuah mobil pun digulingkan lalu dibakar
Pada waktu itu tidak sebuah pun bangunan disulut api berkobar
Pada waktu itu tidak ada suap-menyuap, tak terdengar sogok-sogokan
Pada waktu itu dalam penghitungan suara, tak ada kecurangan
Itulah masa, ketika Indonesia dihormati dunia
Sebagai pribadi, wajah kita simpatik berhias senyuman
Sebagai bangsa, kita dikenal santun dan sopan
Sebagai massa, kita jauh dari kebringasan, jauh dari keganasan
Tapi enam belas tahun kemudian, dalam 7 pemilu berurutan
Untuk sejumlah kursi, 50 kali 50 sentimeter persegi dalam ukuran
Rakyat dihasut untuk berteriak, bendera partai mereka kibarkan
Rasa bersaing yang sehat berubah jadi rasa dendam dikoborkan
Kemudian diacungkan tinju, naiklah darah,
lalu berkelahi dan berbunuhan
Anak bangsa tewas ratusan,
mobil dan bangunan dibakar puluhan
Anak bangsa muda-muda usia,
satu-satu ketemu di jalan mereka sopan-sopan
Tapi bila mereka sudah puluhan apalagi ratusan di lapangan
Pawai keliling kota,
berdiri di atap kendaraan, melanggar semua aturan
Di kepala terikat bandana, kaus oblong disablon,
di tangan bendera berkibaran
Meneriak-neriakkan tanda seru
dalam sepuluh kalimat semboyan dan slogan
Berubah mereka jadi beringas
dan siap mengamuk, melakukan kekerasan
Batu berlayangan, api disulutkan, pentungan diayunkan
Dalam huru-hara yang malahan mungkin, pesanan
Antara rasa rindu dan malu puisi ini kutuliskan
Rindu pada pemilu yang bersih dan indah, pernah kurasakan
Malu pada diri sendiri, tak mampu merubah perilaku
Bangsaku
Dengan rasa rindu kukenang pemilihan umum setengah abad yang lewat
Dengan rasa kangen pemilihan umum pertama itu kucatat
Peristiwa itu berlangsung tepatnya di tahun lima puluh lima
Ketika itu sebagai bangsa kita baru sepuluh tahun merdeka
Itulah pemilihan umum yang paling indah dalam sejarah bangsa
Pemilihan Umum pertama, yang sangat bersih dalam sejarah kita
Waktu itu tak dikenal singkatan jurdil, istilah jujur dan adil
Jujur dan adil tak diucapkan, jujur dan adil cuma dilaksanakan
Waktu itu tak dikenal istilah pesta demokrasi
Pesta demokrasi tak dilisankan, pesta demokrasi cuma dilangsungkan
Pesta yang bermakna kegembiraan bersama
Demokrasi yang berarti menghargai pendapat berbeda
Pada waktu itu tak ada huru-hara yang menegangkan
Pada waktu itu tidak ada setetes pun darah ditumpahkan
Pada waktu itu tidak ada satu nyawa melayang
Pada waktu itu tidak sebuah mobil pun digulingkan lalu dibakar
Pada waktu itu tidak sebuah pun bangunan disulut api berkobar
Pada waktu itu tidak ada suap-menyuap, tak terdengar sogok-sogokan
Pada waktu itu dalam penghitungan suara, tak ada kecurangan
Itulah masa, ketika Indonesia dihormati dunia
Sebagai pribadi, wajah kita simpatik berhias senyuman
Sebagai bangsa, kita dikenal santun dan sopan
Sebagai massa, kita jauh dari kebringasan, jauh dari keganasan
Tapi enam belas tahun kemudian, dalam 7 pemilu berurutan
Untuk sejumlah kursi, 50 kali 50 sentimeter persegi dalam ukuran
Rakyat dihasut untuk berteriak, bendera partai mereka kibarkan
Rasa bersaing yang sehat berubah jadi rasa dendam dikoborkan
Kemudian diacungkan tinju, naiklah darah,
lalu berkelahi dan berbunuhan
Anak bangsa tewas ratusan,
mobil dan bangunan dibakar puluhan
Anak bangsa muda-muda usia,
satu-satu ketemu di jalan mereka sopan-sopan
Tapi bila mereka sudah puluhan apalagi ratusan di lapangan
Pawai keliling kota,
berdiri di atap kendaraan, melanggar semua aturan
Di kepala terikat bandana, kaus oblong disablon,
di tangan bendera berkibaran
Meneriak-neriakkan tanda seru
dalam sepuluh kalimat semboyan dan slogan
Berubah mereka jadi beringas
dan siap mengamuk, melakukan kekerasan
Batu berlayangan, api disulutkan, pentungan diayunkan
Dalam huru-hara yang malahan mungkin, pesanan
Antara rasa rindu dan malu puisi ini kutuliskan
Rindu pada pemilu yang bersih dan indah, pernah kurasakan
Malu pada diri sendiri, tak mampu merubah perilaku
Bangsaku
Thursday, 12 March 2009
DILEMATIKA BOPDA
Sekolah sebagai tempat pembelajaran bagi siswa seharusnya juga menerapkan prinsip demokrasi seperti kejujuran, integritas, transparansi dan bebas dari korupsi. Namun dalam prakteknya seringkali terjadi pelanggaran. Misalnya saja terjadi penggelapan, mark up, penyalahgunaan anggaran, manipulasi anggaran, penyuapan dan jual beli nilai/kenaikan kelas.
Dalam beberapa kasus, terjadi dobel pelaporan. Sebagai contoh, suatu sekolah akan membeli 20 unit komputer, dengan harga @ Rp 8 juta, atau total Rp 160 juta. Ternyata, pembelian 20 unit komputer tidak hanya dilaporkan dalam pelaporan dana BOS. Tetapi item pembelian tersebut dimasukkan dalam laporan penggunaan dana BOP dan penggunaan dana iuran dari siswa. Dengan adanya 3 pelaporan itu, seharusnya ada 60 komputer yang dibeli. Tapi kenyataannya hanya 20 unit. Artinya ada uang yang melayang Rp 320 juta. Kemana larinya uang tersebut? Itu baru 1 item pengadaan komputer. Bagaimana dengan pengadaan item yang lain?
Secara garis besar, dana Bopda untuk sekolah negeri dan hibah Bopda (untuk sekolah swasta) digunakan untuk delapan hal. Yakni, pengadaan alat tulis kantor, pembayaran rekening listrik dan air, peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan kurikulum, kegiatan kesiswaan akademis dan nonakademis, serta pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran. Lalu, pemeliharaan gedung dan fasilitas sekolah. Biaya ekstrakurikuler telah diakomodasi Bopda, yaitu masuk pada poin pembiayaan kegiatan kesiswaan, baik akademis maupun nonakademis. Poin itu juga mencakup les di sekolah. Untuk sekolah swasta, ditambah pengembangan lembaga.
RUJUKAN:
Dari berbagai sumber
Dalam beberapa kasus, terjadi dobel pelaporan. Sebagai contoh, suatu sekolah akan membeli 20 unit komputer, dengan harga @ Rp 8 juta, atau total Rp 160 juta. Ternyata, pembelian 20 unit komputer tidak hanya dilaporkan dalam pelaporan dana BOS. Tetapi item pembelian tersebut dimasukkan dalam laporan penggunaan dana BOP dan penggunaan dana iuran dari siswa. Dengan adanya 3 pelaporan itu, seharusnya ada 60 komputer yang dibeli. Tapi kenyataannya hanya 20 unit. Artinya ada uang yang melayang Rp 320 juta. Kemana larinya uang tersebut? Itu baru 1 item pengadaan komputer. Bagaimana dengan pengadaan item yang lain?
Secara garis besar, dana Bopda untuk sekolah negeri dan hibah Bopda (untuk sekolah swasta) digunakan untuk delapan hal. Yakni, pengadaan alat tulis kantor, pembayaran rekening listrik dan air, peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan kurikulum, kegiatan kesiswaan akademis dan nonakademis, serta pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran. Lalu, pemeliharaan gedung dan fasilitas sekolah. Biaya ekstrakurikuler telah diakomodasi Bopda, yaitu masuk pada poin pembiayaan kegiatan kesiswaan, baik akademis maupun nonakademis. Poin itu juga mencakup les di sekolah. Untuk sekolah swasta, ditambah pengembangan lembaga.
RUJUKAN:
Dari berbagai sumber
Wednesday, 11 March 2009
SMK Negeri 6 Surabaya Siap Bersaing di LKS 2009
Di tahun 2009 SMK Negeri 6 Surabaya tidak ketinggalan dalam keikutsertaannya pada LKS 2009 Tingkat Provinsi. Tahun ini kegiatan rutin tahunan tersebut diselenggarakan di Kota Kediri. LKS 2009 ini merupakan ajang pembuktian seberapa besar kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMK.
Sebagai langkah awal menuju jenjang Nasional, SMK Negeri 6 Surabaya mengirimkan duta pada beberapa kompetensi lomba, di antaranya Tata Kecantikan, Restoran, Tata Busana, Debat Bahasa Inggris, dan Roleplay Bahasa Jerman. Dari tingkat provinsi tersebut diharapkan duta-duta yang layak untuk mewakili Jawa Timur di tingkat Nasional. Selamat Bertanding!
Friday, 6 March 2009
SIAP UAN 2009
UAN 2009 sudah diambang pintu. Sudahkah Anda merasa sudah siap untuk menghadapinya. Sudahkah Anda membiasakan diri untuk bangun pagi? Sudahkah Anda mengurangi jam istirahat dan bermain Anda? Yang tidak kalah pentingnya adalah sudahkah Anda berkunjung dan meminta restu kepada kedua orang tua, guru-guru Anda, saudara-saudara Anda? Mulai sekarang, tatalah persiapan Anda untuk menyongsong salah satu ujian dalam perjalanan hidup Anda. Ada baiknya, Anda belajar melalui bank soal berikut. Soal-soal bisa didownload secara gratis.
A. Siap UAN SMK
1. Matematika
2. Bahasa Indonesia
3. Bahasa Inggris
B. SIAP UAN SMA
1. Matematika IPA
2. Matematika IPS
3. Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Sosiologi
6. Tata Negara
7. Antropologi
8. Ekonomi
C. SIAP UAN SMP
1. Matematika
2. Bahasa Indonesia
3. Bahasa Inggris
4. IPA
5. IPS
6. PPKn
D. SIAP UAN SD
1. Matematika
2. Bahasa Indonesia
3. IPA
4. IPS
5. PPKn
RANGKUMAN MATERI
1. Matematika SMP
2. Matematika SMA-IPS
3. Matematika SMA-IPA
A. Siap UAN SMK
1. Matematika
2. Bahasa Indonesia
3. Bahasa Inggris
B. SIAP UAN SMA
1. Matematika IPA
2. Matematika IPS
3. Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Sosiologi
6. Tata Negara
7. Antropologi
8. Ekonomi
C. SIAP UAN SMP
1. Matematika
2. Bahasa Indonesia
3. Bahasa Inggris
4. IPA
5. IPS
6. PPKn
D. SIAP UAN SD
1. Matematika
2. Bahasa Indonesia
3. IPA
4. IPS
5. PPKn
RANGKUMAN MATERI
1. Matematika SMP
2. Matematika SMA-IPS
3. Matematika SMA-IPA
Tuesday, 3 March 2009
Mengganti Background dengan Koleksi Foto
Bagi Anda yang ingin mengubah tampilan background Anda dengan koleksi gambar atau foto Anda sendiri, ada cara termudah dan praktis. Yang dibutuhkan hanya sedikit kesabaran. Yang tidak kalah pentingnya adalah foto yang telah dipersiapkan sebelumnya (bagi yang ingin mengganti dengan foto pribadi).
Pertama Anda harus menitipkan koleksi foto Anda di webside penyimpan, misalnya di Photobucket. Kalau belum bisa login, daftarlah terlebih dahulu. Untuk mendaftar klik di sini. Langkah berikutnya adalah masukkan foto Anda melalui upload foto. Tunggu sampai foto Anda dinyatakan telah diproses. Lalu, cari direct link di bawah foto Anda. Copy alamat url foto Anda tersebut.
Berikutnya login ke blogger Anda, klik tata letak, arahkan ke Edit HTML. Cari kode .jpg, lewat Edit Find di toolbar. Ganti alamat url yang ada di situ dengan alamat url yang sudah Anda copy dari photobucket.com. Mudah khan???
Thursday, 26 February 2009
Premanisme pada Siswa Sekolah
Dunia pendidikan tidak ubahnya seperti roller coster. Selalu ada saja yang baru di dalam dinamika pendidikan kita, baik itu kabar menggembirakan maupun berita menggemparkan. Kalau kita membuat perbandingan sisi manakah yang paling tinggi, tidaklah menjadi masalah. Yang perlu diperbincangkan adalah sisi buruk yang terjadi di dunia pendidikan kita. Kalau yang baik-baik tidak usah diperbincangkan karena cukup dinikmati saja.
Seperti diketahui bersama, akhir-akhir ini dunia pendidikan bergolak dengan silih bergantinya aksi seperti preman di kalangan remaja sekolah kita. Mereka bertindak di luar kontrol (emosi) dan di luar batas esensi sebagai wanita. Bahkan, apa yang mereka lakukan tidak mencerminkan insan-insan berpendidikan. Kita pun pantas bertanya, apakah mereka betul-betul kaum terpelajar ataukah hanya sekadar "bersekolah". Apakah yang salah dalam sistem pendidikan kita? Apakah pendidikan kita pun memasukkan sistem kedisiplinan tidak terkontrol atau premanisme di kalangan pelajar kita. Atau, pelajar kita sudah tidak mau diberi pola-pola kepribadian ketimuran atau pendisplinan diri?
Kita tidak usah mempersalahkan siapa yang harus bertanggung jawab. Kalau itu yang terjadi, tentu tidak ada yang mau dipersalahkan. Langkah yang mungkin bisa diberikan adalah bagaimana kita memecahkan dan menguraikan permasalahan yang terjadi tersebut. Ada beberapa hal yang dapat kita renungkan kembali.
Pertama, ada baiknya kita menataulang orientasi output pendidikan kita. Memang, mutu lulusan kita harus mampu memenuhi kebutuhan dunia industri/dunia usaha kita. Tetapi, kita harus juga memperhatikan etika pekerja di dunia kerja. Pekerja profesional juga dituntut mempunyai sikap profesional yaitu berdisiplin. Pekerja profesional bukan kumpulan orang-orang tidak beretika atau bersopan santun.
Kedua, apakah tujuan awal siswa bersekolah? Apakah mereka hanya ingin belajar untuk mendapatkan ilmu baru? Anak bersekolah agar kalau tamat bisa langsung bekerja dan membantuk meringankan beban keluarga. Sekolah biar dapat ijazah sehingga tidak memalukan keluarga. Kalau prinsip itu ada di benak siswa-siswa maka perlu direvisi. Alangkah baiknya niat mereka bersekolah bertujuan mampu memperoleh nilai-nilai baru yang belum didapatkan selama ini. Bagaimana seharusnya sikap pribadi seiring dengan perkembangan usia.
Seperti diketahui bersama, akhir-akhir ini dunia pendidikan bergolak dengan silih bergantinya aksi seperti preman di kalangan remaja sekolah kita. Mereka bertindak di luar kontrol (emosi) dan di luar batas esensi sebagai wanita. Bahkan, apa yang mereka lakukan tidak mencerminkan insan-insan berpendidikan. Kita pun pantas bertanya, apakah mereka betul-betul kaum terpelajar ataukah hanya sekadar "bersekolah". Apakah yang salah dalam sistem pendidikan kita? Apakah pendidikan kita pun memasukkan sistem kedisiplinan tidak terkontrol atau premanisme di kalangan pelajar kita. Atau, pelajar kita sudah tidak mau diberi pola-pola kepribadian ketimuran atau pendisplinan diri?
Kita tidak usah mempersalahkan siapa yang harus bertanggung jawab. Kalau itu yang terjadi, tentu tidak ada yang mau dipersalahkan. Langkah yang mungkin bisa diberikan adalah bagaimana kita memecahkan dan menguraikan permasalahan yang terjadi tersebut. Ada beberapa hal yang dapat kita renungkan kembali.
Pertama, ada baiknya kita menataulang orientasi output pendidikan kita. Memang, mutu lulusan kita harus mampu memenuhi kebutuhan dunia industri/dunia usaha kita. Tetapi, kita harus juga memperhatikan etika pekerja di dunia kerja. Pekerja profesional juga dituntut mempunyai sikap profesional yaitu berdisiplin. Pekerja profesional bukan kumpulan orang-orang tidak beretika atau bersopan santun.
Kedua, apakah tujuan awal siswa bersekolah? Apakah mereka hanya ingin belajar untuk mendapatkan ilmu baru? Anak bersekolah agar kalau tamat bisa langsung bekerja dan membantuk meringankan beban keluarga. Sekolah biar dapat ijazah sehingga tidak memalukan keluarga. Kalau prinsip itu ada di benak siswa-siswa maka perlu direvisi. Alangkah baiknya niat mereka bersekolah bertujuan mampu memperoleh nilai-nilai baru yang belum didapatkan selama ini. Bagaimana seharusnya sikap pribadi seiring dengan perkembangan usia.
Wednesday, 18 February 2009
Sebenarnya Kita Kaya; Sebuah Refleksi Maraknya Kontestan Pemilu 2009
Indonesia sedang mengalami krisis global. Negeri sudah tidak punya apa-apa lagi. Rakyat banyak yang menderita. Mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Harga sembako tidak terjangkau. Di sana-sini masih terdapat kelaparan dan busung lapar.
Tiap pemberitaaan baik media televisi, koran, radio, bahkan internet semuanya mendukung dan mengekspos situasi tersebut. Mereka ingin memanfaatkan moment tersebut sebagai bagian dari mendapatkan porsi di hati penikmatnya atau justru hanya untuk meningkatkan ratting sehingga menjadi pilihan utama pemasang iklan. Tapi, apakah memang betul demikian?
Kalau toh, kita mau jujur dan berpikir jernih lagi. Tidak selamanya yang ada di permukaan atau terjadi di negeri kita adalah benar. Kita tidak usah ikut pesimis atau menghakimi bahwa negeri kita sedang miskin. Justru kita harus tetap percaya bahwa orang-orang yang mendiami negeri ini adalah masih kaya.
Yang dikategorikan orang mampu (kaya) di negeri kita ini bukan lagi mereka yang betul-betul pengusaha (pengusaha yang sebenarnya). Kini telah lahir orang kaya-orang kaya baru.
Ya, orang kaya tipe ini telah lahir seiring dengan persiapan pesta demokrasi di negeri ini. Setiap orang negeri ini ingin menjadi wakil orang lain di kursi pemerintahan. Lihat saja, di perkotaan, pedesaan, pinggir hutan, pinggir laut, baik pohon maupun di tembok semua orang pamer dengan profil-profil mereka. Mereka dengan gagah berani tampil menjadi wakil orang lain. Mereka yakin bahwa mereka mampu mengubah dan mengayomi orang lain.
Lho, apa hubungannya dengan status kaya? Kalau kita mau menelisik. Berapakah rupiah yang dibutuhkan untuk mendapatkan nomor urut menjadi wakil kontenstan pemilu? Berapakah rupiahkah yang dibutuhkan untuk mempromosikan diri di pinggir-pinggir jalan? Dari mereka umumnya bukan orang perkotaan, yang katanya orang tempat berputarnya uang. Tetapi, mereka juga berasal dari pinggir-pinggir perkotaan bahkan pedesaan. Jadi, tidak mungkin orang miskin bisa ikut-ikutan berpromosi!! Mari berlomba jadi orang kaya baru (orang kaya sebenarnya ataukah orang kaya dadakan)
Tiap pemberitaaan baik media televisi, koran, radio, bahkan internet semuanya mendukung dan mengekspos situasi tersebut. Mereka ingin memanfaatkan moment tersebut sebagai bagian dari mendapatkan porsi di hati penikmatnya atau justru hanya untuk meningkatkan ratting sehingga menjadi pilihan utama pemasang iklan. Tapi, apakah memang betul demikian?
Kalau toh, kita mau jujur dan berpikir jernih lagi. Tidak selamanya yang ada di permukaan atau terjadi di negeri kita adalah benar. Kita tidak usah ikut pesimis atau menghakimi bahwa negeri kita sedang miskin. Justru kita harus tetap percaya bahwa orang-orang yang mendiami negeri ini adalah masih kaya.
Yang dikategorikan orang mampu (kaya) di negeri kita ini bukan lagi mereka yang betul-betul pengusaha (pengusaha yang sebenarnya). Kini telah lahir orang kaya-orang kaya baru.
Ya, orang kaya tipe ini telah lahir seiring dengan persiapan pesta demokrasi di negeri ini. Setiap orang negeri ini ingin menjadi wakil orang lain di kursi pemerintahan. Lihat saja, di perkotaan, pedesaan, pinggir hutan, pinggir laut, baik pohon maupun di tembok semua orang pamer dengan profil-profil mereka. Mereka dengan gagah berani tampil menjadi wakil orang lain. Mereka yakin bahwa mereka mampu mengubah dan mengayomi orang lain.
Lho, apa hubungannya dengan status kaya? Kalau kita mau menelisik. Berapakah rupiah yang dibutuhkan untuk mendapatkan nomor urut menjadi wakil kontenstan pemilu? Berapakah rupiahkah yang dibutuhkan untuk mempromosikan diri di pinggir-pinggir jalan? Dari mereka umumnya bukan orang perkotaan, yang katanya orang tempat berputarnya uang. Tetapi, mereka juga berasal dari pinggir-pinggir perkotaan bahkan pedesaan. Jadi, tidak mungkin orang miskin bisa ikut-ikutan berpromosi!! Mari berlomba jadi orang kaya baru (orang kaya sebenarnya ataukah orang kaya dadakan)
Kampanye Pohon atau Kampanye Politik
Memang, kita tidak akan merasakan sesuatu yang ganjil apabila kita tidak pernah memperhatikan sesuatu secara seksama. Saat ini, di pinggir-pinggir jalan, di sudut-sudut kota, di tengah-tengah perkampungan telah terjadi gerakan massal. Entah, bagus atau tidak. Namun, gejala ini bukan hanya terjadi di satu daerah. Tetapi, kini menjalar di setiap sudut bumi pertiwi. Ya, mungkin hanya terjadi di negeri kita.
Sebuah pemandangan yang betul-betul menakjubkan, pohon-pohon saling pamer diri. Pohon-pohon berpromosi ataukah pohon dijadikan alat promosi. Bagus ataukah tidak?
Sebuah pemandangan yang betul-betul menakjubkan, pohon-pohon saling pamer diri. Pohon-pohon berpromosi ataukah pohon dijadikan alat promosi. Bagus ataukah tidak?
Tuesday, 17 February 2009
Sihir Pohon I
Siapa bilang bahwa kami sering mencelakai orang
ketika hujan turun dengan lebat,
Siapa bilang bahwa kami penyebab kebakaran
ketika kami menimpa kabel-kabel listrik
Siapa bilang bahwa kami sumber penyakit
ketika daun-daun berguguran menjadi sampah
Tapi,
Siapa yang akan bilang ...
bahwa kami mampu menghidupi penghuni dunia
ketika kami menjelma menjadi kursi, meja, dan lainnya
ketika hujan turun dengan lebat,
Siapa bilang bahwa kami penyebab kebakaran
ketika kami menimpa kabel-kabel listrik
Siapa bilang bahwa kami sumber penyakit
ketika daun-daun berguguran menjadi sampah
Tapi,
Siapa yang akan bilang ...
bahwa kami mampu menghidupi penghuni dunia
ketika kami menjelma menjadi kursi, meja, dan lainnya
Hutan di Negeriku
Hutan di negeriku bisa dirasakan di negeri seberang,
lewat bumbungan asap dan kabut tebalnya
Hutan di negeriku bisa dilihat di negeri-negeri orang,
berkat kursi, meja, almari, dan perabot lainnya
Hutan di negeriku menghiasi rak=rak pustaka dunia
dengan satwa dan ekosistem langka
lewat bumbungan asap dan kabut tebalnya
Hutan di negeriku bisa dilihat di negeri-negeri orang,
berkat kursi, meja, almari, dan perabot lainnya
Hutan di negeriku menghiasi rak=rak pustaka dunia
dengan satwa dan ekosistem langka
Wednesday, 11 February 2009
Kado Terindah Buat Valentine Day
Di Valentine Day ini, Anda tidak punya modal? Siapkan beberapa kado ini. Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa menghadiahkannya setiap saat,dan tak perlu membeli!
Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.
KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada disampingnya, Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian
MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketahui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kepedulian
KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ? (eh..) Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari ! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.
SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi ?
Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.
KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada disampingnya, Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian
MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketahui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kepedulian
KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ? (eh..) Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari ! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.
SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi ?
Tuesday, 10 February 2009
Valentine Day
Februari telah kita masuki separuh perjalanan. Bagi sebagian orang, valentine day adalah sesuatu yang istimewa. Mengapa? Karena di bulan ini kita bisa saling meluapkan ekspresi kasih sayang terhadap orang lain. Betulkah demikian? Sebetulnya, sah-sah saja kita mengikuti tradisi seperti itu. Tapi, yang harus dan perlu dipertimbangkan adalah apakah kita tahu tentang apa sih sebenarnya tradisi yang kita ikuti tersebut, "VALENTINE DAY". Darimanakah sebenarnya tradisi tersebut? Siapakah sebenarnya pencetus ide tersebut? Bagaimanakah sikap pengikut tradisi tersebut? Apakah sumbangan perayaan tersebut bagi orang lain? So, kita boleh saja merayakan tradisi tersebut. Tapi, kita jangan sekali-sekali meluapkan ekspresi tersebut di luar kewajaran. Tanpa acara tersebut, sebenarnya kita sudah saling menyayangi. Bukan hanya setiap hari, tapi setiap jam, menit, bahkan detik; kita sebenarnya memberikan kasih sayang kita terhadap semua baik kepada makhluk hidup maupun yang abiotik. Ok, kita mengikuti tradisi tapi harus tahu sejarah tradisi tersebut dan bagaimanakah proporsi kegiatan tersebut.
Saturday, 7 February 2009
Terjemahan Bahasa Dunia secara Otomatis
Bagi siswa, guru, dosen, atau akademisi lainnya sekarang Google memberikan fasilitas termudah dalam menerjemahkan semua postingan yang Anda buat. Anda cukup mencopy paste kode html/java script yang disediakan. Cari kodenya di sini.
Friday, 6 February 2009
ALAMAT-ALAMAT PENTING
Sebenarnya, banyak alamat url (link) yang bisa dipergunakan dalam mempercantik tampilan blog kita. Di sini, ada beberapa alamat yang bisa dipertimbangkan (bagi yang belum tahu sama sekali; yang tahu banyak bisa memasukkan lewat Joint Us!
1. jam digital klik di sini.
2. salju klik di sini.
3. chatting avatar klik di sini
4. lihat jumlah pengunjung online klik di sini
5. aneka bentuk kalender klik di sini 6. tulisan beraneka bentuk memakai gliter klik di sini
1. jam digital klik di sini.
2. salju klik di sini.
3. chatting avatar klik di sini
4. lihat jumlah pengunjung online klik di sini
5. aneka bentuk kalender klik di sini 6. tulisan beraneka bentuk memakai gliter klik di sini
Subscribe to:
Posts (Atom)